Feeling Replaced

     Beberapa hari terakhir, ada hal yang benar-benar menggangguku. Jauh dilubuk hati, aku tiba-tiba merasa tergantikan. Merasa terasingkan oleh orang baru dan situasi yang baru. Dan aku paham, bahwa aku berlebihan.

    Rasa sayangku dan rasa banggaku pada hal itu membuat aku benar-benar sulit untuk melupakan, apalagi melepaskan. Setiap kali dihinggapi rasa rindu, aku selalu membayangkan betapa bahagianya aku jika bisa mengulangi waktu, merasakan sepersekian detik rasa senang yang tak terhingga. Hingga akhirnya aku sadar, waktu tak akan pernah bisa kembali. Yang ada, waktu terus maju kedepan, berbagai hal lain sudah menungguku untuk diselesaikan. Lagi, tantangan baru.

    Rasanya sakit sekaligus khawatir, aku akan benar-benar terlupakan karena kehadiran orang baru. Jujur, ada sedikit rasa tak suka bahwa ada orang baru yang jauh lebih dan lebih dariku. Disaat itu juga, aku sadar betapa kekanakannya aku dan betapa berlebihannya aku. Diriku yang dulu sudah bisa sembuh dari rasa sakit, kemudian bertemu dengan orang baru, malah kembali merasakan rasa sakit. Kali ini, karena kehadiran orang baru.

    Semakin aku pikir, semakin aku sadar. Aku dipertemukan dengan orang untuk mengambil sisi baiknya. Sisi buruknya jadikan pembelajaran. Aku juga sadar, orang akan datang dan pergi. Seperti kata seseorang, kalau kamu siap dengan pertemuan, maka kamu juga harus siap dengan perpisahan. Bertemu untuk berpisah. Itulah maksudnya. Tak ada yang abadi kan didunia ini?.

    Ada orang yang jauh lebih cantik, berwawasan luas, penuh dengan materi, dan tentu dia lebih menarik. Anggap saja disandingkan saja tidak bisa. Aku sudah tahu akan ada masanya seperti itu. Akan terus ada orang baru yang menggantikanmu. Meneruskan posisiku dan bahkan akan ada mereka yang dipanggil versi kedua dari diriku. Sadar, sadar, dan terus sadar. Posisiku tak mungkin terus berada di puncak. Kadang dibawah membuatku semakin bersyukur. Aku masih diberi kesempatan untuk berpikir dan berinstropeksi diri. 

    Semua ada masanya. Yang datang akan pergi. Yang memuji akan mencaci. Yang mendekat akan menjauh. Tapi sadarkah aku, kalau yang pergi pun akan datang kembali dalam bentuk yang lain, yang mencaci akan memuji, dan yang menjauh akan perlahan mendekat. Seharusnya aku membalikkan sudut pandangku meenjadi seperti itu. Akhirnya aku pun lega dan terus dihinggapi rasa percaya diri. Ada banyak hal yang harus aku selesaikan. Ada banyak orang yang harus aku temui. Mereka akan membawa lebih banyak cerita baru. Lupakan yang lalu, terlebih yang membuatku jauh.

Terimakasih sudah bertahan.

    

Comments