Things We Can't Control

     Dalam kehidupan ini, ada beberapa hal yang harus kita sadari.

    Hari ini, aku mendapat pelajaran yang sangat berharga. Bukan tentang sesuatu yang berat dan serius. Namun, sesuatu yang sebenarnya perlu kita sadari sebagai manusia. Tentang suatu perasaan yang datangnya dari pikiran dan akhirnya mempengaruhi tindakan kita.

    Menjalani kehidupan yang menurut versi diriku adalah kehidupan terberat sejauh ini. Ya, sangat berat hingga tak bisa berpikir dan bertindak secara normal. Setelah berhari-hari merasa hidup dikejar waktu dan sesuatu yang rasanya aku sendiri tak bisa jelaskan dengan jelas, karena aku sendiri tak tahu apa itu. Berhari-hari tertatih, berlari bukan berjalan, mengejar sesuatu yang rasanya tak pernah tergapai. Bukan semakin dekat dengan tujuan, malah terasa semakin jauh. Semakin aku berlari, semakin sesuatu itu rasanya tak mungkin. 

    Rasanya berat, sampai diri yang biasanya bisa mengontrol dirinya untuk berpikir negatif, tiba-tiba menjadi sosok yang selalu dipenuhi pikiran pesimis, rendah diri, dan merasa kalah. Kalah dengan siapa?. Mengapa kalah?. Apakah aku sedang berlomba?. Apakah orang tersayangku menyuruhku berlari?. Bahkan jawabannya tidak. Tidak sama sekali. Tak sedang ada perlombaan. Tak sedang ada yang memilih siapa juara satu dan juara duanya. Tak ada alasan yang dapat memberikan jawaban mengapa kalah. Karena ya memang tidak ada kompetisi. Bahkan orang-orang tersayangku tidak mengatakan apapun. Intinya, semua baik-baik saja. 

    Aku saja yang berpikir diluar batas seharusnya. Pikiran manusia yang harusnya ada batasan menjadi sangat liar bagiku. Tak terkendalikan dan tak berujung. Beruntungnya aku yang selalu diingatkan oleh momen-momen kecil oleh banyak pihak. 

    Ada yang kupikir jauh lebih baik keadaanya, ternyata sedang berjuang untuk sesuatu yang sangat sulit. Ada yang kupikir lebih beruntung ternyata dia merasa kesulitan menghadapi persoalannya. Mereka bahkan melihatku lebih dan lebih dari keadaan mereka sekarang. Yang mana jika aku refleksikan pada diriku, ternyata benar, aku jauh lebih baik keadaannya. Refleksi diri inilah yang membuat aku seketika malu pada Sang Pencipta.

    Betapa bodohnya aku yang terus melihat keatas, melihat sesuatu yang sebenarnya semu bagi seluruh manusia. Sesuatu yang bahkan manusia tidak dapat menerka. Sesuatu yang tidak ada dalam aspek kemampuan manusia. Yaitu sesuatu yang tidak bisa dikontrol oleh manusia sebagai makhluk Allah SWT. Sesuatu yang hanya nampak hasilnya oleh Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.

    Ada hal yang ternyata tidak bisa aku kendalikan. Yang prosesnya dan hasilnya semu bagiku. Ibarat memasak, proses memasak dan bagaimana ketika masakan itu jadi tidak bisa aku lihat dan aku bayangkan. Meskipun sebelumnya sangat sulit, tapi lama kelamaan terasa ringan juga. Ringan rasanya saat aku tahu bahwa didepan sana ada diriku yang berhasil melewati ini. Disana ada aku yang ternyata baik-baik saja setelah ini. Ada aku yang akhirnya sadar bahwa saat ini ternyata belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sesuatu didepan sana. 

    Things we can't control is actually real. Once you think about it, you never find the ending. Because the ending can be seen after got through it. The ending is at the end. Really end. 

    All praises to Allah SWT. The Lord of Universe.

    There is no God, but Allah.

Comments